Selasa, 24 Juli 2012

Prinsip jalan-jalan murah



Sering banget saya ditanya, “Gimana sih caranya jalan-jalan semurah-murahnya?” Saya pun menjawab sekenanya, “Ke sananya berenang, nginep nebeng temen, dan nggak makan”. Kalau mau jalan-jalan ya pasti lah kita harus mengeluarkan uang, kecuali dibayarin. Kalau budget mepet, kita bisa meminimalisasi biaya perjalanannya, misalnya dengan naik bus bukan naik taksi, tinggal di hostel bukan di hotel, makan di warung bukan di restoran. Itupun tetap harus mengeluarkan uang, kan? Tapi kalau ingin “semurah-murahnya”, pada umumnya ada empat prinsip dasar:


The closer, the cheaper
Semakin dekat destinasinya, semakin murah biayanya. Ya iyalah yaa! Misalnya kita tinggal di Jakarta, jalan-jalan paling murah ya di dalam kota Jakarta. Murah kedua ke Bekasi, Bogor, Tangerang. Murah ketiga ke propinsi sebelahnya, seperti ke Jawa Barat. Artinya, dengan jarak yang semakin dekat maka ongkos transportasi akan semakin murah. Dan karena dekat itulah mungkin kita tidak perlu menginap sehingga dapat menghemat biaya akomodasi.


Bila perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang, cukup sering terjadi pengecualian, misalnya saat ada tiket promo dari low cost airlines sehingga dari Jakarta terbang ke Bali bisa lebih murah daripada ke Semarang. Tapi bila dalam keadaan normal, destinasi lebih jauh umumnya lebih mahal karena pesawat memakan lebih banyak bahan bakar.


The lighter, the cheaper
Semakin ringan, semakin murah. Maksudnya, ringan barang bawaannya. Kalau mau murah, umumnya kita memilih naik low cost airlines yang biaya bagasinya terpisah dengan harga kursi. Jadi, semakin berat tas kita, maka semakin mahal bayarnya. Paling murah adalah tidak ada tas untuk dimasukkan bagasi, alias cuma bawa tas kabin (di bawah 7 kg). Kedua murah, masuk ke bagasi tapi tidak lebih dari 15 kg, dan seterusnya. Paling mahal adalah ketika harus membayar overweight bagasi (di luar batas maksimal) karena harganya dihitung per kilogram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar